Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 8 Kurikulum Merdeka
Pendidikan Pancasila pada zaman kurikulum merdeka muncul dengan tantangan dan peluang yang berbeda. Di tengah banjir informasi serta situasi sosial yang rumit, menyampaikan nilai-nilai Pancasila kepada anak muda tidak bisa lagi hanya menggunakan metode tradisional yang berorientasi pada hafalan dan dogma. Di kelas 8 SMP/MTs, yang berada dalam fase D pada kurikulum merdeka, merupakan tahap penting di mana siswa mulai meningkatkan kapasitas berpikir abstrak dan kritis, serta mengembangkan jati diri mereka. Oleh karena itu, modul ajar Pendidikan Pancasila kelas 8 SMP/MTs fase D kurikulum merdeka perlu dirancang dengan cara yang unik, tidak hanya untuk menyampaikan informasi, tetapi juga untuk membentuk sikap dan tindak tanduk.
Salah satu pendekatan yang sangat relevan dan efektif adalah Deep Learning, yang dalam konteks pendidikan karakter bisa diwujudkan melalui tiga pilar: Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning.
Pendekatan Deep Learning: Kerangka Filosofi
Deep learning pada konteks tersebut lebih dari sekadar metode pengajaran; ini merupakan filosofi yang menempatkan siswa sebagai fokus dalam kegiatan belajar.
1. Mindful Learning (Pembelajaran Penuh Kesadaran)
Pendekatan ini meminta siswa untuk sepenuhnya hadir, menyadari pikiran, perasaan, dan tindakan mereka serta akibatnya terhadap orang lain. Dalam modul ajar deep learning Pendidikan Pancasila kelas 8 kurikulum merdeka, ini berarti menciptakan kesempatan untuk refleksi mendalam, merenung, dan menginternalisasi nilai-nilai. Misalnya, sebelum membicarakan tentang keadilan sosial, siswa akan diminta untuk menyadari prasangka atau ketidaktahuan mereka mengenai isu tertentu.
2. Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna)
Pembelajaran disebut bermakna ketika materi yang diajarkan berkaitan erat dengan situasi nyata dalam kehidupan siswa. Nilai-nilai Pancasila harus dipahami bukan sebagai teks kaku, tetapi sebagai alat analisis untuk mengerti dunia di sekitar mereka. Siswa diminta untuk memahami relevansi Sila Persatuan Indonesia dalam menghadapi berita palsu di media sosial atau mengerti Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam konteks bullying di sekolah.
3. Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)
Lingkungan belajar yang menyenangkan, tanpa tekanan, dan penuh partisipasi, adalah kunci untuk membuka pikiran dan hati siswa. Joyful learning tidak berarti sekadar bermain permainan, tetapi menciptakan pengalaman belajar yang menantang, memuaskan, dan memicu rasa ingin tahu. Pendekatan tersebut menghilangkan anggapan bahwa Pendidikan Pancasila kelas 8 SMP/MTs adalah mata pelajaran yang kaku dan membosankan.
Mengintegrasikan Deep Learning ke dalam Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 8
Berikut adalah contoh sebuah modul ajar deep learning Pendidikan Pancasila kelas 8 kurikulum merdeka:
- Tujuan Pembelajaran: Siswa bisa menganalisis praktik musyawarah dan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari (kelas, sekolah, media sosial) serta menerapkan nilai-nilai musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan masalah sederhana.
- Aktivitas Pembelajaran:
- Fase Meaningful Learning: Menghubungkan dengan Kehidupan Nyata (Appersepsi)
- Aktivitas: Guru menampilkan video pendek mengenai sidang dewan siswa atau simulasi debat di media sosial. Siswa diminta untuk mengenali perbedaan antara "berdebat", "bermusyawarah", dan "memaksakan pendapat".
- Alasan: Aktivitas tersebut langsung berkaitan dengan dunia mereka (organisasi sekolah dan media sosial), menjadikan pembelajaran langsung relevan dan bermakna.
- Fase Joyful Learning: Simulasi Permainan Peran
- Aktivitas: Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberikan sebuah skenario kontekstual, seperti: "Kelas akan melakukan study tour, tetapi terdapat tiga pilihan tempat dengan anggaran terbatas. Bagaimana cara mencapai keputusan?" atau "Ada rencana pelarangan penggunaan HP di sekolah, apa pendapatmu?".
- Instruksi: Setiap kelompok harus berdiskusi untuk mencapai mufakat dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti menghargai pendapat, tidak memotong pembicaraan, dan menyampaikan argumentasi dengan sopan.
- Alasan: Role play merupakan cara yang menarik dan interaktif. Siswa belajar melalui pengalaman langsung, yang jauh lebih efisien dibandingkan hanya mendengar penjelasan.
- Fase Mindful Learning: Refleksi dan Penghayatan
- Aktivitas: Setelah kegiatan simulasi, guru akan memimpin sesi refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci:
- "Apa perasaanmu ketika pendapatmu diabaikan?"
- "Seberapa sulit untuk tidak menyela saat orang lain berbicara?"
- "Apakah keputusan yang diambil adil bagi semua orang? Kenapa demikian?"
- "Apa perbedaan antara musyawarah di kelas dengan diskusi di grup chat?"
- Alasan: Refleksi adalah inti dari mindful learning. Hal ini meminta siswa untuk merenungkan diri dan menyadari emosi serta pola pikir mereka, sehingga nilai-nilai tersebut bisa tertanam.
- Fase Meaningful & Joyful: Tindakan Nyata (Pembelajaran Berbasis Proyek)
- Aktivitas: Siswa diminta untuk membuat proyek kecil: "Buatlah protokol atau tata tertib untuk musyawarah di kelas atau diskusi di media sosial supaya lebih beretika dan mencapai kesepakatan."
- Output: Bentuknya bisa berupa poster infografis, video singkat, atau draf aturan yang dipresentasikan kepada guru dan teman sekelas.
- Alasan: Proyek tersebut menjadikan pembelajaran lebih berarti karena hasilnya bisa langsung diterapkan. Proses kreatif dalam menciptakan produk juga menyenangkan dan meningkatkan kolaborasi.
Peran Asesmen dalam Pendekatan Deep Learning
Asesmen dalam modul ajar deep learning kurikulum merdeka harus sejalan dengan prinsip-prinsipnya. Asesmen tidak hanya terdiri dari tes tertulis (meskipun masih diperlukan untuk mengevaluasi pemahaman kognitif), tetapi lebih menekankan pada:
- Asesmen Kinerja: Mengamati peran siswa selama simulasi musyawarah, termasuk sikap, keterampilan komunikasi, dan kemampuan berkolaborasi.
- Asesmen Portofolio: Mengumpulkan hasil refleksi dari jurnal pribadi siswa dan proyek akhir.
- Asesmen Diri dan Asesmen Teman: Memberikan lembar penilaian untuk diri sendiri dan teman untuk mengevaluasi kontribusi dalam kelompok serta kegiatan pembelajaran.
Tantangan dan Strategi Penerapan
Implementasi pendekatan deep learning tentu menghadapi beberapa tantangan, seperti:
- Waktu: Kegiatan seperti proyek dan simulasi memerlukan waktu yang lebih lama.
- Manajemen Kelas: Guru perlu keterampilan yang lebih dalam memandu diskusi dan refleksi yang aktif.
- Mindset: Mengubah cara berpikir dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi yang berpusat pada siswa.
Strategi untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan prinsip diferensiasi dalam kurikulum merdeka. Modul ajar deep learning Pendidikan Pancasila kelas 8 SMP/MTs fase D bisa dibuat dengan aktivitas yang bisa dipilih sesuai kecepatan dan minat siswa. Kerjasama dengan guru lain juga sangat penting untuk bertukar ide dan sumber daya.
Download Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 8
Berikut modul ajar Pendidikan Pancasila kelas 8 fase D kurikulum merdeka yang menggunakan pendekatan deep learning:
Semester 1 (Ganjil)
Semester 2 (Genap)
Kesimpulan
Modul ajar deep learning Pendidikan Pancasila kelas 8 SMP/MTs fase D dalam kurikulum merdeka mempunyai potensi besar sebagai alat transformatif dalam membangun karakter generasi muda. Dengan menerapkan pendekatan Deep Learning yang mencakup Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning, guru bisa merubah nilai-nilai abstrak Pancasila menjadi pengalaman belajar yang nyata, relevan, dan mengena.
Pembelajaran tidak hanya terbatas pada "apa itu Pancasila", tetapi berkembang menjadi "bagaimana menerapkan Pancasila dalam kehidupan". Melalui refleksi yang mendalam, hubungan dengan kehidupan nyata, dan proses yang menarik, siswa tidak hanya akan memahami Pancasila tetapi juga mencintainya dan menjadikannya sebagai panduan dalam tindakan sehari-hari. Inilah esensi pendidikan karakter yang sejati, yang akan membekali mereka untuk menghadapi kompleksitas kehidupan mendatang dengan bijaksana dan beretika.