Modul Ajar Deep Learning Sosiologi Kelas 10 Kurikulum Merdeka

Pelajaran Sosiologi kelas 10 SMA/MA fase E memainkan peran penting. Sosiologi, sebagai studi hubungan antarmanusia dalam suatu komunitas, merupakan dasar dalam membentuk generasi yang peka sosial, toleran, dan mampu memahami kompleksitas kehidupan dalam masyarakat.

Modul Ajar Deep Learning IPS Sosiologi Kelas 10 SMA/MA Kurikulum Merdeka

Namun, tantangannya adalah cara membuat ilmu yang sering dipandang "teoretis" dan "sulit" ini menjadi relevan, menarik, dan berarti bagi generasi Z yang hidup di dunia digital. Solusinya terletak pada perancangan modul ajar kurikulum merdeka yang tidak hanya mencakup materi, tetapi juga menerapkan pendekatan pedagogis modern yang disebut Deep Learning. Dalam konteks ini, Deep Learning bukanlah kecerdasan buatan, tetapi metode pembelajaran mendalam yang berlandaskan pada tiga pilar utama: Mindful Learning (Pembelajaran Sadar Penuh), Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna), dan Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan).

Memahami Trilogi Deep Learning dalam Sosiologi Kelas 10

Sebelum merancang modul ajar Sosiologi kelas 10 SMA/MA fase E kurikulum merdeka, sangat penting untuk memahami isi masing-masing pilar Deep Learning serta hubungannya dengan pelajaran tersebut.

1. Mindful Learning (Pembelajaran Sadar Penuh)

Mindful learning merujuk pada kegiatan belajar di mana siswa hadir sepenuhnya, sadar, dan terlibat secara emosional dan mental dengan materi. Mereka tidak hanya menghafal informasi, tetapi juga merefleksikan, mempertanyakan, dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi mereka. Ini sangat relevan dalam Sosiologi karena objek penelitian mencakup masyarakat tempat siswa tinggal. Siswa yang mindful mungkin bertanya, "Apa posisi saya dalam struktur sosial ini?" atau "Bagaimana nilai ini mempengaruhi perilaku saya?"

2. Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna)

Konsep yang diperkenalkan oleh David Ausubel ini menekankan pentingnya mengaitkan pengetahuan baru dengan kerangka kognitif yang sudah ada pada siswa. Pembelajaran menjadi bermakna saat siswa bisa melihat penghubung langsung antara apa yang mereka pelajari dan kehidupan sehari-hari. Sosiologi kaya akan contoh meaningful learning. Setiap konsep dari kelompok sosial, nilai dan norma, hingga kesenjangan sosial bisa dan seharusnya dikaitkan dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah, keluarga, atau tren yang sedang viral di media sosial.

3. Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)

Joyful learning menciptakan suasana belajar yang bebas dari tekanan berlebihan, penuh semangat, dan bisa memicu rasa ingin tahu. "Menyenangkan" di sini bukan berarti tanpa usaha, tetapi usaha tersebut terasa menggugah dan memuaskan. Pembelajaran dalam modul ajar deep learning Sosiologi kelas 10 SMA/MA yang menggembirakan bisa dihadirkan melalui simulasi, permainan peran, debat, atau proyek penyelidikan yang menantang.

Ketiga pilar ini saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan pembelajaran yang meaningful akan mendorong keterlibatan mindful, dan pada akhirnya menciptakan pengalaman belajar yang joyful karena siswa merasa berkembang.

Peta Jalan Modul Ajar Deep Learning Sosiologi Kelas 10 Fase E

Modul ajar kurikulum merdeka merupakan alat utama untuk guru dalam pembelajaran yang mencakup tujuan, langkah-langkah, dan asesmen pembelajaran. Berikut adalah cara untuk mengintegrasikan meaningful, mindful, dan joyful learning ke dalam modul ajar deep learning Sosiologi kelas 10 kurikulum merdeka.

Materi Pokok: Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat

  • TP (Tujuan Pembelajaran): Siswa mampu menganalisis berbagai fenomena sosial dalam masyarakat dengan menggunakan konsep-konsep sosiologis.
  • Aktivitas Pembelajaran Modul Ajar Deep Learning:
    • Fase Eksplorasi (Meaningful & Joyful): Dalam tahap ini, guru tidak memberikan definisi langsung tentang gejala sosial. Sebaliknya, siswa dibagi menjadi kelompok dan diberi kesempatan untuk menjelajah media sosial (Instagram, TikTok, Twitter). Tugas mereka adalah mengumpulkan 3-5 konten yang mereka yakini mewakili suatu "gejala sosial" (contohnya, tantangan berbahaya, kasus perundungan yang viral, gerakan solidaritas). Aktivitas ini meaningful karena melibatkan dunia mereka dan joyful karena berkaitan dengan hal-hal yang mereka sukai.
    • Fase Pengenalan Ide (Mindful & Meaningful): Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil temuan mereka. Guru memfasilitasi diskusi untuk meningkatkan kesadaran (mindful): "Mengapa ini bisa terjadi?" "Apa dampaknya bagi masyarakat?" "Apakah ini sudah adil?" Dari sini, guru memperkenalkan istilah formal tentang gejala sosial, nilai, norma, dan penyimpangan, sehingga konsep tersebut terasa nyata karena berasal dari analisis kasus yang ada (meaningful).
    • Fase Pendalaman (Mindful & Joyful): Siswa melaksanakan proyek kecil yang dinamakan "Etnografi Digital". Mereka memilih satu gejala sosial yang ada di media sosial dan menganalisanya dengan konsep yang telah dipelajari. Mereka juga diminta untuk merenungkan peran mereka sendiri: sebagai pelaku, penyebar, atau kritikus? Renungan ini merupakan puncak dari pembelajaran yang penuh kesadaran.

Materi Pokok: Struktur Sosial, Konflik, dan Integrasi Sosial

  • TP: Siswa mampumenganalisis struktur sosial serta dinamika konflik dan integrasi sosial dalam masyarakat.
  • Aktivitas Pembelajaran:
    • Simulasi "Pulau Terasing" (Joyful & Meaningful): Siswa dibayangkan terdampar di sebuah pulau. Mereka harus membangun masyarakat baru. Secara alami, mereka akan membuat stratifikasi (siapa pemimpin? ), pembagian tugas, dan menciptakan norma. Guru akan membantu untuk melihat bagaimana konflik muncul (seperti persaingan sumber daya) dan bagaimana integrasi tercipta (musyawarah). Simulasi ini membuat konsep yang abstrak menjadi nyata dan meaningful.
    • Analisis Kasus Kontekstual (Meaningful & Mindful): Menganalisis konflik yang terjadi di sekitar mereka (misalnya, konflik antar penggemar sepak bola, sengketa lahan, atau bahkan konflik di grup WA kelas). Siswa diminta untuk tidak memberikan penilaian, melainkan memahami akar konflik dari sudut pandang sosiologis dan mencari solusi untuk integrasi. Ini melatih empati dan berpikir kritis yang merupakan bagian dari mindful learning.

Peran Guru sebagai Fasilitator Deep Learning

Dalam paradigma ini, guru beralih dari "sumber pengetahuan" menjadi "perancang pengalaman belajar". Peran guru adalah:
  1. Merancang Situasi Belajar: Membuat aktivitas yang memungkinkan trilogi deep learning terjadi.
  2. Provokator Pertanyaan: Tidak memberikan jawaban, tetapi mengajukan pertanyaan yang memicu kedalaman berpikir (mindful).
  3. Pemberi Umpan Balik yang Bermakna: Memberikan asesmen formatif yang berfokus pada proses berpikir, bukan hanya pada hasil akhir.

Asesmen yang Selaras dengan Deep Learning

Asesmen harus mencerminkan apa yang telah dipelajari. Bentuk asesmen yang sesuai adalah:
  • Portofolio: Kumpulan karya siswa (laporan etnografi, jurnal refleksi, diagram).
  • Proyek: Menyelesaikan masalah sosial kecil di lingkungan mereka.
  • Presentasi dan Diskusi: Menilai kemampuan berargumentasi dan berpikir kritis.
  • Penilaian Diri dan Penilaian Teman: Melatih kemampuan metakognisi dan evaluasi diri.

Download Modul Ajar Deep Learning Sosiologi Kelas 10

Berikut modul ajar Sosiologi kelas 10 SMA/MA fase E kurikulum merdeka yang menggunakan pendekatan deep learning:








Kesimpulan

Modul ajar Sosiologi kelas 10 SMA/MA fase E yang dibuat dengan pendekatan Deep Learning bukan hanya berfungsi untuk menyampaikan ilmu sosiologi. Modul ajar deep learning kurikulum merdeka ini lebih daripada itu, ia berperan sebagai panduan untuk menciptakan individu yang sepenuhnya sadar (mindful) akan peran dan posisi mereka dalam masyarakat, bisa menemukan makna (meaningful) dari setiap interaksi sosial di sekitarnya, dan akhirnya menjalani proses pemahaman diri serta masyarakat sebagai sebuah perjalanan yang penuh kegembiraan (joyful) dan penemuan.

Dengan cara ini, Sosiologi tidak lagi sekadar pelajaran yang mengharuskan siswa untuk menghafal teori-teori dari orang lain, tetapi menjadi sebuah refleksi bagi siswa untuk memahami dunia mereka sendiri dan alat untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik di masa depan. Ini adalah inti dari kurikulum merdeka dan tujuan utama pendidikan yang menjadikan manusia lebih berdaya.