Modul Ajar SKI Kelas 5 MI Fase C Kurikulum Merdeka

Di zaman kurikulum merdeka, para guru dituntut untuk menyusun modul ajar yang tidak hanya komprehensif tetapi juga otentik dan berbasis proyek. Modul ajar SKI kelas 5 fase C memainkan peranan yang vital dalam mengembangkan pengertian mendalam tentang sejarah Islam serta meningkatkan keterampilan abad ke-21 siswa secara menyeluruh di tingkat MI (Madrasah Ibtidaiyah).

Modul Ajar SKI Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Fase C Kurikulum Merdeka

Signifikansi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 5

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) fase C kelas 5 MI mempunyai kepentingan yang sangat besar:
  • Pembentukan Identitas: Mengembangkan kesadaran siswa mengenai posisi mereka dalam peradaban Islam dunia yang terbuka.
  • Penanaman Akhlak: Menyimak teladan dari tokoh-tokoh sejarah (misalnya, keadilan Umar bin Khattab, sikap toleran Walisongo).
  • Konteks Kebangsaan: Memperkuat pemahaman mengenai sumbangan Islam dalam pembentukan kebudayaan Indonesia, seperti tradisi sekaten atau desain masjid Demak.

Deskripsi Modul Ajar SKI Kelas 5 Fase C

Kerangka Kurikulum Merdeka untuk Fase C

Capaian Pembelajaran (CP) SKI kelas 5 MI fase C mencakup pemahaman mengenai sejarah Islam pra-modern, analisis tentang sumbangan peradaban, dan refleksi nilai-nilai keteladanan. Tujuannya adalah untuk memperhatikan perkembangan politik, ilmu pengetahuan, dan budaya dari masa Khulafaur Rasyidin hingga Kesultanan Islam di Nusantara. Selain itu, terdapat analisis terhadap dampak penyebaran Islam pada sistem pemerintahan, pendidikan, dan seni budaya yang ada di masyarakat. Penekanan juga diberikan pada sikap kepemimpinan, keadilan, dan toleransi dari tokoh-tokoh sejarah. Rancangan proyek kolaboratif yang diusulkan adalah "Peta Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara."

Tujuan Pembelajaran

Modul ajar SKI kelas 5 MI fase C kurikulum merdeka ini dirancang supaya siswa bisa menganalisis sejarah politik Islam, dengan cara membandingkan sistem pemerintahan antara Khulafaur Rasyidin dan Kesultanan Demak. Siswa diharapkan juga dapat menunjukkan warisan budaya dengan membuat replika miniatur masjid kuno yang ada di Nusantara, seperti Masjid Agung Demak, serta menjelaskan makna simboliknya. Lebih jauh, siswa perlu menghubungkan nilai-nilai Islam dengan Pancasila, seperti menjelaskan keselarasan prinsip musyawarah dalam Piagam Madinah dengan sila ke-4 Pancasila.

Prinsip Pengembangan Modul Ajar Kelas 5

Materi yang berhubungan dengan kontekstualisasi nusantara berfokus pada Islam di Indonesia, yang mencakup 60% dari pembelajaran, dengan menyoroti peran Walisongo dalam penyebaran Islam di Nusantara. Setiap tema akan mengaitkan akidah, akhlak, sejarah, dan nilai Pancasila, sehingga tercipta integrasi nilai yang menyeluruh. Pembelajaran ini juga dibedakan melalui tiga level Lembar Kerja Hasil Diferensiasi (LKHD) untuk berbagai gaya belajar: visual, auditori, dan kinestetik. Contoh untuk gaya belajar kinestetik adalah "Simulasi Sidang Pengadilan Umar bin Khattab. "

Keterkaitan dengan Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila dalam Modul ajar SKI kelas 5 MI fase C, meliputi tiga poin utama. 
  1. Beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia yang mencerminkan sifat amanah Khulafaur Rasyidin dalam kepemimpinan. 
  2. Berkebhinnekaan global yang melibatkan kajian kasus toleransi Walisongo melalui pengaruh wayang. 
  3. Bergotong royong yang diterapkan dalam proyek kolaboratif berjudul "Peta Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara."

Komponen Modul Ajar SKI Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka

Komponen Utama

Modul ajar kurikulum merdeka diawali dengan identitas modul ajar kelas 5 ini dirancang untuk siswa MI, untuk semester 1 atau 2, dengan target di fase C. Materi pokok modul ajar MI kelas 5 bisa berbeda-beda, seperti "Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin" atau "Penyebaran Islam di Nusantara. " Sebelum memulai, siswa diharapkan telah memiliki kompetensi awal mengenai Nabi Muhammad SAW dan Islam.

Modul ajar SKI kelas 5 MI fase C ini juga berfokus pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila (PPP), yang mencakup nilai-nilai seperti Beriman, Bertakwa, Berakhlak Mulia, Bergotong Royong dalam diskusi, dan Bernalar Kritis dalam strategi penyebaran Islam. Sarana yang diperlukan antara lain buku teks SKI kelas 5 MI, grafik informasi, video, peta perjalanan dakwah, alat bantu pengajaran, dan akses ke sumber informasi online yang bisa dipercaya. Modul ajar kurikulum merdeka ini diperuntukkan untuk seluruh siswa, termasuk mereka yang mempunyai kebutuhan khusus dan cara belajar yang berbeda.

Komponen Inti Pembelajaran

Tujuan pembelajaran ini, supaya siswa bisa menganalisis perkembangan peradaban Islam dari masa Khulafaur Rasyidin hingga kerajaan Islam di Indonesia dan mengambil teladan dari para tokoh pentingnya.

Dalam alur tujuan pembelajaran tersebut, siswa diharapkan bisa menjelaskan tentang sistem pemerintahan Khulafaur Rasyidin, menganalisis kontribusi Khalifah Umar bin Khattab dalam penyebaran Islam, serta mengenali nilai kepemimpinan yang adil dalam konteks sejarah.

Pemahaman bermakna tentang kepemimpinan yang adil dan semangat kerjasama pada masa Khulafaur Rasyidin sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti integritas dalam kelompok belajar. Pertanyaan pemantik untuk memicu diskusi adalah alasan di balik julukan ‘Al-Faruq’ yang disematkan kepada Khalifah Umar bin Khattab serta penerapan nilai kepemimpinannya dalam kerja kelompok.

Struktur Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam modul ajar SKI kelas 5 MI fase C kurikulum merdeka terdiri dari beberapa sesi:
  • Pendahuluan, yang berlangsung selama 15 menit dimulai dengan kuis "Tebak Tokoh" dan pengenalan tujuan pembelajaran.
  • Kegiatan inti, berlangsung 60 menit yang mencakup eksplorasi teks sejarah serta video tentang Khulafaur Rasyidin, diskusi perbandingan kepemimpinan Umar bin Khattab dan pemimpin masa kini dengan bantuan diagram Venn, serta aktivitas bermain peran mengenai "Musyawarah Penentuan Kebijakan Publik. "
  • Penutup, selama 15 menit dilakukan dengan refleksi menggunakan Jurnal Belajar yang mencatat nilai-nilai keteladanan dari Khalifah Umar.
  • Asesmen meliputi pengamatan partisipasi dalam diskusi, kuis interaktif, dan proyek pembuatan poster infografis tentang pencapaian Khulafaur Rasyidin serta penjelasan relevansi nilai-nilai sejarah dalam konteks modern.

Komponen Pendukung

Komponen yang mendukung dalam kegiatan pembelajaran menyoroti pentingnya pendekatan diferensiasi. Kontennya meliputi teks dengan berbagai panjang dan kompleksitas seputar tema yang sama. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa pemula diminta untuk mengisi tabel mengenai tokoh dan kontribusinya, sedangkan siswa yang lebih mahir melakukan presentasi analisis mengenai dampak kebijakan Khulafaur Rasyidin. Hasil tugas disajikan dalam beberapa format pilihan, seperti poster, video singkat, dan cerita bergambar.

Untuk pengayaan, siswa melakukan penelitian mandiri mengenai peninggalan arsitektur Islam pada zaman Khulafaur Rasyidin. Sementara untuk remedial, ada sesi tutorial pribadi menggunakan media timeline interaktif.

Refleksi dari guru mempertanyakan seberapa efektif kegiatan bermain peran dalam memahami nilai-nilai kepemimpinan. Siswa mencatat bahwa tantangan terbesar adalah mengaitkan peristiwa sejarah dengan konteks masa kini.

Lampiran

  1. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
  2. Rubrik penilaian untuk proyek.
  3. Daftar referensi: Buku, situs, atau video yang direkomendasikan tentang sejarah Islam.
  4. Glosarium istilah penting (misalnya: Khulafaur Rasyidin, futuhat).

Download Modul Ajar SKI Kelas 5

Berikut file modul ajar SKI kelas 5 MI fase C kurikulum merdeka yang bisa anda download dalam bentuk word/doc:

Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Saw di Madinah  DOWNLOAD

Keberhasilan Dakwah Islam di Madinah  DOWNLOAD

Peristiwa Penting Menjelang Wafat Nabi Muhammad Saw  DOWNLOAD

Kesimpulan

Modul ajar SKI kelas 5 MI fase C dalam kurikulum merdeka perlu merujuk pada Capaian Pembelajaran (CP) dan Profil Pelajar Pancasila. Dengan adanya struktur modul ajar kurikulum merdeka yang menyeluruh, tahapan penyusunan yang teratur, serta berbagai metode pembelajaran yang nyata, diharapkan siswa tidak hanya bisa memahami sejarah kebudayaan Islam, tetapi juga dapat menghayati nilai-nilai Islam dalam aktivitas sehari-hari.